Monday 24 October 2011

Bila Aku Jatuh Cinta













Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Aamiin !

Baraka Allahu Lakuma wa Baraka alikuma. Wa jamaah baina kuma fee khair.
Akh Frista Ragam Santika, My Beloved Brother ...
Semoga Allah menjadikan keluarga yang Sakinah, Mawadah wa Rahmah ...

Saturday 22 October 2011

Tujuh Pintu Neraka


“Neraka mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu di huni (sekelompok pendosa yang ditentukan)” (Qs al Hijr :44)



Diriwayatkan dalam Anwar Nu'maniyah dan Biharul Anwar bahwa ketika Jibril turun membawa ayat di atas tadi, Nabi saww memintanya untuk menjelaskan kondisi neraka. Jibril menjawab: "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di dalam neraka ada tujuh pintu, jarak antara masing-masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan setiap pintu lebih panas dari pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah:

1. Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini untuk kaum munafik dan kafir.

2. Jahim, pintu ini untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah.

3. Pintu ketiga untuk kaum sabian (penyembah api).

4. Lazza, pintu ini untuk setan dan para pengikutnya serta para penyembah api.

5. Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping), pintu ini untuk kaum Yahudi.

6. Sa'ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), pintu ini untuk kaum kafir.


Tatkala sampai pada penjelasan pintu yang ketujuh, Jibril terdiam. Nabi saww maminta Ia untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab: "Pintu ini untuk umatmu yang angkuh"; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa mereka.

Lalu, Nabi saww mengangkat kepalanya dan begitu sedih, sampai beliau pingsan. Ketika siuman beliau berkata: “Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan kesusahanku dua kali lipat. Akankah umatku masuk Neraka?"

Kemudian Nabi saww mulai menangis. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan siapapun selama beberapa hari, dan ketika sholat beliau menangis dengan tangisan yang sangat memilukan. Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis, kemudian mereka bertanya: “Mengapa beliau begitu berduka?” Namun beliau tidak menjawab.

Saat itu, Imam Ali as sedang pergi melaksanakan satu misi, maka para sahabat pergi mengahadap sang wanita cahaya penghulu wanita syurga, Sayyidah Fathimah as, mereka mendatangi rumah suci beliau, dan pada saat itu Sayyidah Fatimah as sedang mengasah gerinda sambil membaca ayat “Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (al-A'la:17). Para sahabat pun menceritakan keadaan ayahnya (Rasulullah saww). Setelah mendengar semua itu, Sayyidah Fatimah as bangkit lalu mengenakan jubahnya (cadur) yang memiliki dua belas tambalan yang dijahit dengan daun pohon korma. Salman al-Farisi yang hadir bersama orang-orang ini terusik hatinya setelah melihat jubah Sayyidah Fathimah as, lalu berkata: " Aduhai! Sementara putri-putri kaisar dan kisra (penguasa Persia kuno) duduk di atas singgasana emas, putri Nabi ini tidak mempunyai pakaian yang layak untuk dipakai”.

Ketika Sayyidah Fathimah as sampai di hadapan sang ayah, Ia melihat keadaannya yang menyedihkan dan juga keadaan para sahabatnya, kemudian ia berkata: "Wahai Ayahanda, Salman terkejut setelah melihat jubahku yang sudah penuh dengan robekan, aku bersumpah, demi tuhan yang telah memilihmu menjadi Nabi, sejak lima tahun lalu kami hanya memiliki satu helai pakaian di rumah kami, pada waktu siang kami memberi makan unta-unta dan pada waktu malam kami beristirahat, anak-anak kami tidur beralaskan kulit dengan daun-daun kering pohon kurma. Nabi berpaling ke arah Salman dan berkata "Apakah engkau memperhatikan dan mengambil pelajaran?”

Sayyidah Fathimah az-Zahra melihat -karena tangisan yang tidak terhenti- wajah Nabi menjadi pucat dan pipinya menjadi cekung. Sebagaimana yang di ceritakan oleh Kasyfi, bahwa bumi tempat beliau duduk telah menjadi basah dengan air mata. Sayyidah Fathimah as berkata kepada ayahnya, semoga hidupku menjadi tebusanmu, “Mengapa Ayahanda menangis?” Nabi saww menjawab, "Ya Fathimah, mengapa aku tidak boleh menangis?, karena sesungguhnya Jibril telah menyampaikan kepadaku sebuah ayat yang menggambarkan kondisi neraka. Neraka mempunyai tujuh pintu, dan pintu-pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu celah api. Pada setiap celah ada tujuh puluh ribu peti mati dari api, dan setiap peti berisi tujuh puluh ribu jenis azab”.

Ketika Sayyidah Fathimah mendengar semua ini, beliau berseru, "Sesungguhnya orang yang dimasukkan kedalam api ini pasti menemui ajal". Setelah mengatakan ini beliau pingsan. Ketika siuman, beliau as berkata, "Wahai yang terbaik dari segala mahluk, siapakah yang patut mendapat azab yang seperti itu?” Nabi saww menjawab, "Umatku yang mengikuti hawa nafsunya dan tidak memelihara sholat, dan azab ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan azab-azab yang lainya.

Setelah mendengar ucapan ini setiap sahabat Nabi saww menangis dan meratap, "Derita perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan sangat sedikit". Sementara sebagian lagi menangis dan meratap, "Aduhai seandainya ibuku tidak melahirkanku, maka aku tidak akan mendengar tentang azab ini", Ammar bin Yasir berkata, "Andaikan aku seekor burung, tentu aku tidak akan ditahan (di hari kiamat) untuk di hisab”. Bilal yang tidak hadir di sana datang kepada Salman dan bertanya sebab-sebab duka cita itu, Salman menjawab, "Celakalah engkau dan aku, sesungguhnya kita akan mendapat pakaian dari api, sebagai pengganti dari pakaian katun ini dan kita akan diberi makan dengan zaqqum (pohon beracun di Neraka). Masihkah kita memandang remeh ancaman siksa neraka? Atau biarkan diri kita lalai dan sibuk dengan kesenangan dunia yang sementara ini?

Wednesday 5 October 2011

Al - Masuth, Setan Penyebar Gosip


Memang enak mengumbar lisan, tapi jangan tanyakan akibatnya. Hanya sepatah kata, tanpa disadari bisa menjadi sebab bagi seseorang untuk masuk ke jurang neraka yang amat dalam. Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya, ada seseorang yang berkata sepatah kata saja di mana dia menganggap tak ada dampaknya namun itu (menjadi sebab) dia terlempar ke dalam neraka sejauh tujuh puluh musim.” (HR. at-Tirmidzi)

Kebanyakan orang yang masuk neraka juga karena lisannya, seperti sabda Nabi SAW:
“Adakah yang menenggelamkan hidung (wajah) manusia ke dalam neraka selain dari hasil perbuatan lisan mereka?” (HR. Ahmad)

Sabda Nabi SAW tersebut menunjukkan bahwa lisan adalah penyebab yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka, meskipun dia seorang muslim. Namun, siksa yang menimpa muslim pasti ada akhirnya.

Para sahabat yang memahami betapa dahsyatnya bahaya lisan, sangat berhati-hati menjaga lisannya. Ibnu Mas’ud ra. berkata: “Tiada yang lebih layak untuk banyak dipenjarakan selain dari lisan saya.”

Iblis juga memahami hal ini. Menjerumuskan manusia ke dalam dosa lisan menjadi wilayah garap utamanya. Maka diangkatlah seorang anaknya menjadi pasukan khusus penyebar gosip. Qatadah menyebutkan, Iblis memiliki anak bernama al-Masuth yang bertugas khusus untuk membuat gosip, menyebarkan kabar burung yang tak jelas asalnya dan belum tentu kebenarannya, sekaligus menyebarkan kedustaan. Al-Masuth memperalat orang-orang yang hobi menyebar gosip menjadi perpanjangan lidahnya.

Dosanya Sesuai dengan Andilnya


Gosip berpotensi besar merusak kehormatan muslim, merapuhkan ukhuwah Islamiyah dan bahkan memicu terjadinya peperangan antara kaum muslimin. Seperti terjadi pada persitiwa ‘haditsul ifki’, berita dusta, di mana banyak rumor berkembang bahwa ummul mukminin Aisyah telah berbuat tidak senonoh dengan sahabat Shafwan. Akan tetapi Allah membersihkan nama beliau ra, sekaligus mengancam pelakunya dengan firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” (QS. an-Nuur: 19)

Orang-orang yang menyebarkan gosip tidak berada pada satu level dosa, tetapi tergantung besar kecil andilnya dalam menyebarkan gosip. Allah berfirman tentang orang-orang yang ikut andil dalam haditsul ifki:
“Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS. an-Nuur: 11)

Cara Kerja Setan Penyebar Dusta


Untuk menyebarkan berita bohong, setan memiliki cara yang halus dan licik. Dia tidak membisikkan ke hati manusia yang menjadi perpanjangan lidahnya untuk menyebarkan berita yang seluruhnya dusta. Tetapi dia menyelipkan berita yang benar di tengah tumpukan segudang kedustaan. Sehingga ada alasan untuk membela diri bahwa yang dikatakannya tidak semuanya salah, tapi ada juga yang benar.

Alasan lain, pihak yang digosip tidak marah, bahkan merasa senang. Seperti terjadi hari ini, banyak artis malah bangga menjadi obyek gosip, meski isinya miring. Kadang-kadang justru membuat sensasi agar digosipkan demi mendongkrak kete-narannya. Seperti pepatah Arab ‘bul zam-zam fa tu’raf’, kencingilah zam-zam niscaya engkau akan terkenal. Alasan ini tidak merubah status larangan menggosip orang, menceritakan semua kabar yang didengar. Nabi SAW memvonis orang yang gemar menceritakan setiap kabar yang didengarnya dengan predikat ‘pendusta.’ Beliau SAW bersabda:

“Cukuplah seseorang dikatakan dusta jika dia menceritakan setiap apa yang dia dengar.” (HR. Muslim)

Mengapa orang yang menceritakan semua yang didengarnya divonis sebagai pendusta? Karena tidak setiap kabar yang sampai kepadanya itu fakta yang benar-benar terjadi. Besar kemungkinan bahkan pasti ada diantaranya yang ternyata dusta. Jika dia menceritakan semua yang didengarnya, berarti ada juga berita dusta yang dia ceritakan kepada orang lain, maka jadilah dia pendusta.

Di sisi lain, ada informasi yang meski benar namun tidak boleh diceritakan kepada orang lain. Seperti berita tentang aib maupun rahasia orang lain. Inilah yang disebut dengan ghibah. Nabi SAW bersabda: “Tahukah kalian, apakah ghibah itu? Ghibah adalah ketika engkau menceritakan tentang saudaramu apa yang tidak dia sukai?” Para sahabat bertanya: “Bagaimana menurut Anda jika apa yang kami katakan memang ada pada saudaraku itu?” Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu katakan benar, maka berarti engkau telah menghibahnya, dan jika yang kamu katakan tidak ada padanya maka berarti engkau telah berdusta tentangnya.” (HR. Muslim)

Kegiatan ‘memakan bangkai’ saudaranya dan mengumbar gosip, menyebarkan kabar burung dan rumor dianggap sebagai menu yang renyah oleh kebanyakan orang. Ada yang bertujuan untuk menjatuhkan kehormatan, sekedar mengisi waktu atau untuk menghibur diri:

“Dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal di sisi Allah adalah besar.” (QS an-Nuur: 15)

Hikayat Iblis : Dialog Iblis vs Rasulullah SAW


Allah SWT telah memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis supaya dia menghadap Rasulullah saw untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disukai maupun yang dibencinya. Hikmatnya ialah untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai peringatan dan perisai kepada umat manusia.

Maka Malaikat itu pun berjumpa Iblis dan berkata, "Hai Iblis! Bahwa Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar memberi perintah untuk menghadap Rasullullah saw. Hendaklah engkau buka segala rahasiamu dan apapun yang ditanya Rasulullah hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya. Jikalau engkau berdusta walau satu perkataan pun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu, uratmu, serta disiksa dengan azab yang amat keras."

Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan. Maka segeralah dia menghadap Rasulullah SAW dengan menyamar sebagai seorang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai, panjangnya seperti ekor lembu.

Iblis pun memberi salam, sehingga 3 kali tidak juga dijawab oleh Rasulullah saw. Maka sambut Iblis (alaihi laknat),

"Ya Rasulullah! Mengapa engkau tidak mejawab salamku? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?" Maka jawab Nabi dengan marah, "Hai Aduwullah seteru Allah! Kepadaku engkau menunjukkan kebaikanmu? Janganlah mencoba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam a.s sehingga keluar dari syurga, Habil mati teraniaya dibunuh Qabil dengan sebab hasutanmu, Nabi Ayub engkau tiup dengan asap beracun ketika dia sedang sujud sembahyang hingga dia sengsara beberapa lama, kisah Nabi Daud dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu.

Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wajalla, cuma salammu saja aku tidak hendak menjawabnya karena diharamkan Allah. Maka aku kenal baik-baik engkaulah Iblis, raja segala iblis, syaitan dan jin yang menyamar diri. Apa kehendakmu datang menemuiku?"

Taklimat Iblis, "Ya Nabi Allah! Janganlah engkau marah. Karena engkau adalah Khatamul Anbiya maka dapat mengenaliku. Kedatanganku adalah diperintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang engkau tanya, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, tiadalah aku berani menyembunyikannya."

Maka Iblis pun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata, "Ya Rasulullah! Sekiranya aku berdusta barang sepatah pun niscaya hancur leburlah badanku menjadi abu."

Apabila mendengar sumpah Iblis itu, Nabi pun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah satu peluangku untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar oleh sekalian sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai kepada seluruh umatku.


Pertanyaan Nabi (1):
"Hai Iblis! Siapakah sebesar-besar musuhmu dan bagaimana aku terhadapmu?"


Jawab Iblis:
"Ya Nabi Allah! Engkaulah musuhku yang paling besar di antara segala musuhku di muka bumi ini."

Maka Nabi pun memandang muka Iblis, dan Iblis pun menggeletar karena ketakutan. Sambung Iblis, "Ya Khatamul Anbiya! Ada pun aku dapat merubah diriku seperti sekalian manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suara pun tidak berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh Allah.

Kiranya aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu. Aku cabut iktikad / niat anak Adam supaya menjadi kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam, begitu jugalah aku berusaha menarik mereka kepada kafir, murtad atau munafik. Aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan benar menuju jalan yang sesat supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersamaku."


Pertanyaan Nabi (2):
"Hai Iblis! Bagaimana perbuatanmu kepada makhluk Allah?"


Jawab Iblis:
"Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya. Aku goda semua manusia supaya meninggalkan sholat, terbuai dengan makan minum, berbuat durhaka, aku lalaikan dengan harta benda daripada emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan haram.

Demikian juga ketika pesta yang bercampur antara lelaki dan perempuan. Disana aku lepaskan sebesar-besar godaan supaya hilang peraturan dan minum arak. Apabila terminum arak itu maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga kepada pekerjaan zina. Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri.

Apabila mereka teringat akan salah mereka lalu hendak bertaubat atau berbuat amal ibadat, aku akan rayu mereka supaya mereka menangguhkannya. Bertambah keras aku goda supaya menambahkan maksiat dan mengambil isteri orang. Bila kena goda hatinya, datanglah rasa ria, takabur, megah, sombong dan melengahkan amalnya. Bila pada lidahnya, mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah aku goda mereka setiap saat."


Pertanyaan Nabi (3):
"Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambahkan laknat yang besar serta siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai yang dikutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?"


Jawab Iblis:
"Semuanya itu adalah anugerah daripada Allah Yang Maha Besar juga. Tetapi hawa nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat sebesar-besarnya. Engkau lebih tahu bahwa Diriku telah beribu-ribu tahun menjadi ketua seluruh Malaikat dan pangkatku telah dinaikkan dari satu langit ke satu langit yang tinggi. Kemudian Aku tinggal di dunia ini beribadat bersama sekalian Malaikat beberapa waktu lamanya.

Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka akupun membantah. Lalu Allah menciptakan lelaki (Nabi Adam) lalu dititahkan seluruh Malaikat memberi hormat kepada lelaki itu, kecuali aku yang ingkar. Oleh karena itu Allah murka kepadaku dan wajahku yang tampan rupawan dan bercahaya itu bertukar menjadi keji dan kelam. Aku merasa sakit hati. Kemudian Allah menjadikan Adam raja di syurga dan dikurniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah seluruh bidadari. Aku bertambah dengki dan dendam kepada mereka.

Akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah Khuldi, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia. Keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak. Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itu pun aku masih tidak puas hati dan berbagai tipu daya aku lakukan hingga Hari Kiamat.

Sebelum Engkau lahir ke dunia, aku beserta bala tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia serta tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadat serta balasan pahala dan syurga mereka. Kemudian aku turun ke dunia, dan memberitahu manusia yang lain aripada apa yang sebenarnya aku dapatkan, dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan berbagai kitab bid'ah dan carut-marut.

Tetapi ketika engkau lahir ke dunia ini, maka aku tidak dibenarkan oleh Allah untuk naik ke langit serta mencuri rahasia, kerana banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika aku berkeras juga hendak naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tenteraku yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu. Maka besarlah kesusahanku dan bala tentaraku untuk menjalankan tugas menghasut."


Pertanyaan Nabi (4):
"Hai Iblis! Apakah yang pertama engkau tipu dari manusia?"


Jawab Iblis:
"Pertama sekali aku palingkan iktikad / niatnya, imannya kepada kafir juga ada dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, aku akan tarik dengan cara mengurangi pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikut kemauan jalanku"


Pertanyaan Nabi (5):
"Hai Iblis! Jika umatku sholat karena Allah, bagaimana keadaanmu?"


Jawab Iblis:
"Sebesar-besarnya kesusahanku. Gementarlah badanku dan lemah tulang sendiku. Maka aku kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda seorang manusia, pada setiap anggota badannya.

Setengah-setengahnya datang pada setiap anggota badannya supaya malas sholat, was-was, terlupa bilangan rakaatnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, sentiasa hendak cepat habis sholatnya, hilang khusyuknya - matanya sentiasa menjeling ke kiri kanan, telinganya senantiasa mendengar orang bercakap serta bunyi-bunyi yang lain. Setengah Iblis duduk di belakang badan orang yang sembahyang itu supaya dia tidak kuasa sujud berlama-lama, penat atau duduk tahiyat dan dalam hatinya senantiasa hendak cepat habis sholatnya, itu semua membawa kepada kurangnya pahala. Jika para Iblis itu tidak dapat menggoda manusia itu, maka aku sendiri akan menghukum mereka dengan seberat-berat hukuman."


Pertanyaan Nabi (6):
"Jika umatku membaca Al-Quran karena Allah, bagaimana perasaanmu?"


Jawab Iblis:
"Jika mereka membaca Al-Quran karena Allah, maka rasa terbakarlah tubuhku, putus-putus segala uratku lalu aku lari daripadanya."


Pertanyaan Nabi (7):
"Jika umatku mengerjakan haji karena Allah, bagaimana perasaanmu?"


Jawab Iblis:
"Binasalah diriku, gugurlah daging dan tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya."


Pertanyaan Nabi (8):
"Jika umatku berpuasa karena Allah, bagaimana keadaanmu?"


Jawab Iblis:
"Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya kepadaku. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan seluruh Malaikat menyambut dengan suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatatkan dosanya selama dia berpuasa. Yang menghancurkan hatiku ialah segala isi langit dan bumi, yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam mendoakan ampunan bagi orang yang berpuasa. Satu lagi kemuliaan orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya, serta dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga. Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnya menangkapku dan tentaraku, jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami. Setelah habis umatmu berpuasa barulah aku dilepaskan dengan perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasa ketenangan berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan bulan biasa."


Pertanyaan Nabi (9):
"Hai Iblis! Bagaimana seluruh sahabatku menurutmu?"


Jawab Iblis:
"Seluruh sahabatmu juga adalah sebesar - besar seteruku. Tiada upayaku melawannya dan tiada satu tipu daya yang dapat masuk kepada mereka. Karena engkau sendiri telah berkata: "Seluruh sahabatku adalah seperti bintang di langit, jika kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk."

Saidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersamamu, aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu. Dia begitu percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi wazirul a'zam. Bahkan engkau sendiri telah mengatakan jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Tambahan pula dia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya, Saiyidatina Aisyah yang juga banyak menghafadz Hadits-haditsmu.

Saidina Umar Al-Khattab pula tidaklah berani aku pandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan seksama. Jika aku pandang wajahnya, maka gemetarlah segala tulang sendiku karena sangat takut. Hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau telah mengatakan, "Jikalau adanya Nabi sesudah aku maka Umar boleh menggantikan aku", karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar 'Al-Faruq'.

Saidina Usman Al-Affan lagi, aku tidak bisa bertemu, karena lidahnya senantiasa bergerak membaca Al-Quran. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantumu sebanyak dua kali. Karena taatnya, banyak Malaikat datang melawat dan memberi hormat kepadanya karena Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga engkau mengatakan, "Barang siapa menulis Bismillahir rahmanir rahim pada kitab atau kertas-kertas dengan dakwat merah, nescaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid."

Saidina Ali Abi Talib pun itu aku sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun, alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadat serta beliau adalah golongan orang pertama memeluk agama Islam dan tidak pernah menundukkan kepalanya kepada sebarang berhala. Bergelar 'Ali Karamullahu Wajhahu' - dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga 'Harimau Allah' dan engkau sendiri berkata, "Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya." Tambahan pula dia menjadi menantumu, semakin aku ngeri kepadanya."

Pertanyaan Nabi (10):
"Bagaimana tipu daya engkau kepada umatku?"

Jawab Iblis:
"Umatmu itu ada tiga macam. Yang pertama seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah serta meninggalkan laranganNya seperti kata Jibril a.s, "Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat." Yang kedua umat tuan seperti tanah yaitu orang yang sabar, syukur dan ridha dengan karunia Allah. Berbuat amal soleh, tawakal dan kebajikan. Yang ketiga umatmu seperti Firaun; terlampau tamak dengan harta dunia serta dihilangkan amal akhirat. Maka akupun bersukacita lalu masuk ke dalam badannya, aku putarkan hatinya ke lautan durhaka dan aku hela ke mana saja mengikuti kehendakku. Jadi dia senantiasa bimbang kepada dunia dan tidak hendak menuntut ilmu, tiada masa beramal ibadat, tidak hendak mengeluarkan zakat, miskin hendak beribadat.

Lalu aku goda agar minta kaya dulu, dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka dilupakan beramal, tidak berzakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya. Bila umatmu terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia senantiasa bimbang akan hartanya dan setengahnya asyik hendak merebut dunia harta, bercakap besar sesama Islam, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk jalan maksiat, tempat judi dan perempuan lacur."

Pertanyaan Nabi (11):
"Siapa yang serupa dengan engkau?"


Jawab Iblis:
"Orang yang meringankan syariatmu dan membenci orang belajar agama Islam."


Pertanyaan Nabi (12):
"Siapa yang mencahayakan muka engkau?"


Jawab Iblis:
"Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu, pemungkir janji."


Pertanyaan Nabi (13):
"Apakah rahasia engkau kepada umatku?"


Jawab Iblis:
"Jika seorang Islam pergi buang air besar serta tidak membaca doa pelindung syaitan, maka aku gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sadari."


Pertanyaan Nabi (14):
"Jika umatku bersatu dengan isterinya, bagaimana hal engkau?"


Jawab Iblis:
"Jika umatmu hendak bersetubuh dengan isterinya serta membaca doa pelindung syaitan, maka larilah aku dari mereka. Jika tidak, aku akan bersetubuh dahulu dengan isterinya, dan bercampurlah benihku dengan benih isterinya. Jika menjadi anak maka anak itu akan gemar kepada pekerjaan maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapaknya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, aku yang dahulu makan daripadanya. Walaupun mereka makan, tiadalah merasa kenyang."


Pertanyaan Nabi (15):
"Dengan jalan apa dapat menolak tipu daya engkau?"


Jawab Iblis:
"Jika dia berbuat dosa, maka dia kembali bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu', maka padamlah marahnya."


Pertanyaan Nabi (16):
"Siapakah orang yang paling engkau lebih sukai?"


Jawab Iblis:
Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situlah aku mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu."


Pertanyaan Nabi (17):
"Hai Iblis! Siapakah saudara engkau?"


Jawab Iblis:
"Orang yang tidur meniarap / telungkup, orang yang matanya terbuka (mendusin) di waktu subuh tetapi menyambung tidur lagi. Lalu aku lenakan dia hingga terbit fajar. Demikian jua pada waktu zuhur, asar, maghrib dan isya', aku beratkan hatinya untuk sholat."


Pertanyaan Nabi (18):
"Apakah jalan yang membinasakan diri engkau?"


Jawab Iblis:
"Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Quran dan sholat tengah malam."


Pertanyaan Nabi (19):
"Hai Iblis! Apakah yang memecahkan mata engkau?"


Jawab Iblis:
"Orang yang duduk di dalam masjid serta beriktikaf di dalamnya"


Pertanyaan Nabi (20):
"Apa lagi yang memecahkan mata engkau?"


Jawab Iblis:
"Orang yang taat kepada kedua ibu bapanya, mendengar kata mereka, membantu makan pakaian mereka selama mereka hidup, karena engkau telah bersabda, 'Syurga itu di bawah tapak kaki ibu'"

Friday 22 July 2011

Usrah & Matlamatnya

Usrah : Pengenalan, Tujuan dan Pelaksanaan. Pengenalan

Usrah dalam bahasa Arab ialah keluarga.

Maksud perkataan usrah dalam pengertian kita ialah kumpulan Afradul Muslimin (individu-individu muslim) yang beriman dengan agama ini, berusaha tolong menolong antara satu dengan yang lain untuk memahami dan menghayati Islam.

Bilangan kehadiran adalah terhad diperingkat-peringkat tertentu, seperti peringkat Majlis Syura, ahli-ahli Jawatankuasa Utama, dan lujnah-lujnah.

Tempat Usrah

Usrah boleh diadakan di rumah anggota usrah dengan cara bergilir-gilir atau di masjid, di surau, di musalla atau sebagainya.

Tujuan Usrah

Majlis usrah mempunyai beberapa tujuan, di antaranya:

1. Meningkatkan kefahaman anggota-anggota dan menentukan sikap Islam terhadap satu-satu masalah.

2. Menambahkan penghayatan dan menimbulkan perasaan tanggungjawab terhadap ajaran Islam secara peribadi dan jama’ah.

3. Membina satu generasi Islam yang mengenali Islam sebagai “Din wa Daulah”, menghayatinya di dalam kehidupan peribadi, menjadikan azam dan cita-cita serta tindakan mendawahkannya sebagai sistem hidup dalam keluarga, masyarakat dan negara.

4. Membina generasi Islam yang menegakkan akhlak Islamiyyah di dalam kehidupan diri dan sensitif terhadap segala perkara yang tidak Islamik.

5. Membina generasi Islam yang insaf dan sedar akan cabaran dan godaan yang berbagai bentuk yang mengancam kemurniaan Islam.

6. Mendidik perasaan anggota supaya bertanggungjawab terhadap Allah dan RasulNya.

7. Menghubungkan anggota secara langsung dengan Al-Quran dan Al-Sunnah.

8. Mengikhlaskan diri anggota kepada Allah, demi untuk mencari keredhaannnya, mengharapkan pahala dan merasa gerun dengan siksaanNya. Bukan kerana segan dengan naqib usrah atau kumpulannya tetapi kerana ketaatan kepada Allah. Oleh itu setiap anggota hendaklah membetulkan niatnya kemudian diikuti dengan amalan sekalipun tanpa arahan dari sesiapa.

9. Menggiatkan dan menyelaraskan usaha mempelajari dan memahami Islam di kalangan anggota.

10. Menyediakan tenaga yang benar-benar bersedia untuk Islam demi kepentingan gerakan Islam.

11. Memelihara organisasi dari dimasuki pemikiran yang keliru, sumbang dari musuh.

12. Memperkukuhkan perasaan bersaudara dan memupuk semangat bertindak secara jamaah.

Perlaksanaan

1. Usrah diadakan pada tiap-tiap minggu atau tiap-tiap dua minggu sekali dan merupakan program tarbiyyah yang tetap.

2. Majlis usrah dikendalikan oleh seorang naqib atau naqibah.

3. Sembahyang berjamaah, berwirid, membaca Al-Quran adalah rukun utama majlis usrah.

4. Sebaik-baiknya majlis usrah adalah mengikut cara di bawah ini:

a) Bermula dengan sembahyang (maghrib) berjemaah.

b)Berwirid dengan Al-Mathurat (1)

c) Membahas dan mengkaji kertas-kertas kerja dan sebagainya, yang telah disediakan oleh naqib atau naqibah.

5. Majlis usrah mestilah mempunyai tajuk yang tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahuludan dimaklumkan kepada anggota, sebaik-baiknya telah ditentukan bahan rujukan atau teksnya.

6. Sesudah berbincang dan berbahas dan bertukar-tukar fikiran dengan teliti, maka majlis mengambil satu keputusan atau rumusan yang menjadi pegangan kepada semua dan usrah ditegah sama sekali ditamatkan tanpa menghasilkan sesuatu persetujuan. Perbahasan boleh dilanjutkan kepada beberapa siri usrah sehingga dapat rumusan yang bulat dan konkrit, sekiranya tajuk perbahasan merupakan isu pokok dan memerlukan kepada pandangan pimpinan yang lebih tinggi, maka hendaklah dirujuk kepada peringkat yang lebih bertanggungjawab dalam jamaah.

7. Tajuk yang akan diusrahkan pada minggu akan datang ditentukan oleh naqib atau menurut ketetapan bersama atau menurut arahan pimpinan.

8. Sebahagian daripada waktu usrah hendaklah diperuntukkan khusus kepada organisasi dan hal ehwal semasa dan perkembangan perjuangan umat Islam di dalam dan luar negara.

9. Usrah dikehendaki bersurai disekitar jam 11 malam, sesudah membaca tasbih kaffarah dan suratul Al’’Ashr.

ADAB-ADAB USRAH

Di antara adab-adab usrah itu adalah seperti berikut:

1. Mengikhlaskan niat hanya kepada Allah

Maksudnya: “Dan tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya semua menyembah Allah, dengan tulus ikhlas menjalankan agama untukNya semata-mata, berdiri lurus dan menegakkan solat serta menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang benar.”

(Al-Bayyinah : 5)

Sabda Rasulullah s.a.w

Maksudnya:

“Hanya segala amal itu dengan niat dan hanya bagi tiap-tiap seseorang itu apa yang dia niatkan.”

(Muttafaq ‘alaih)

2. Meminta izin untuk masuk serta memberi salam sebelum memasuki rumah anggota atau tempat diadakan majlis usrah. Firman Allah Taala:

Maksudnya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah engkau semua memasuki rumah yang bukan rumah-rumah mu sendiri, sehingga engkau semua meminta izin terlebih dahulu serta mengucapkan kepada ahlinya (orang yang ada di dalam).”

(An-Nur : 27)

3. Datang ke majlis tepat pada waktu yang dijanjikan atau ditetapkan.

Sabda Rasulullah s.a.w.

Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Tanda orang munafiq itu tiga, iaitu jikalau berkata dia berdusta, jikalau berjanji dia memungkiri dan jikalau di amanahkan dia khianat.” Ia menambah di dalam riwayat Muslim: “Sekalipun dia berpuasa dan bersembahyang dan mengaku dirinya orang Islam.”

(Muttafaq ‘alaih)

4. Datang ke majlis dalam keadaan berwuduk dan memakai pakaian yang sopan, bersih, suci serta sempurna.

Maksudnya :

Dari Abu Malik Al-Asy’ari r.a. katanya : “Rasulullah s.a.w. bersabda : “Bersuci itu separuh dari keimanan.”

(Muslim)

Sabda Rasulullah s.a.w. lagi :

Maksudnya :

“Dari Usman bin Affan r.a. katanya : “Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang berwuduk lalu memperbaguskan wuduknya (menyempurnakan sesempurna mungkin) maka keluarlah kesalahan-kesalahannya sehingga keluarganya itu sampai dari bawah kuku-kukunya : ”

(Muslim)

Perkara ini diperlukan supaya :

    • Senang untuk mendirikan solat.
    • Memudahkan apabila memegang Al-Quran dan ayat-ayatnya dalam teks usrah.
    • Jauh dari gangguan syaitan… dapat berbincang tanpa dipengaruhinya.

5. Jika ada yang tidak dapat hadir kerana uzur syar’ie, hendaklah segera memberitahu kepada naqib atau naqibah sekurang-kurangnya kepada sahabat yang menjadi tuan rumah. Hal ini bertujuan untuk:

    • Melatih dari bertanggungjawab dalam setiap kerja.
    • Supaya naqib dan sahabat tidak tertunggu-tunggu.
    • Supaya dapat mengelakkan prasangka yang tidak baik.
    • Supaya makanan yang disediakan oleh tuan rumah tidak berlebihan.

6. Datang ke majlis dengan persiapan yang telah diamanahkan setelah kita sanggup untuk menunaikannya. Firman Allah s.w.t:

Maksudnya:

“Dan penuhilah perjanjian kerana sesungguhnya perjanjian itu akan ditanya.”

(Al-Isra’ : 34)

* * * * Dan hadith di dalam adab yang ke 3 * * * *

Perkara ini diperlukan adalah:

    • Supaya majlis usrah itu berjalan sebagaimana yang dirancang.
    • Berlatih menunaikan amanah yang kecil sebelum diberi amanah yang lebih besar.
    • Supaya menjadi pendorong dan contoh kepada sahabat yang kemudian.

Kegagalan kita berbuat demikian dibimbangkan akan menjadi alasan kepada sahabat yang lain untuk tidak membuat persiapan di masa akan datang.

7. Membawa dan menyediakan keperluan-keperluan yang diperlukan di dalam majlis usrah seperti Al-Quran, teks usrah, buku-buku catitan, Al-Mathurat (jika perlu) dan lain-lain yang diperlukan. Ini kerana;

    • Supaya majlis usrah berjalan dengan lancar.
    • Kegagalan berbuat demikian akan mengganggu sahabat yang dikongsi teksnya.

8. Datang ke majlis dengan hasrat untuk mengukuhkan ukhuwwah dan berkasih sayang kepada Allah.

Maksudnya:

“Dari Abu Hurairah r.a. katanya : “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah Taala berfirman pada hari Qiamat “Manakah orang-orang yang saling cinta mencintai kerana keagunganKu? Pada hari ini mereka itu akan Aku beri naungan pada hari tiada naungan melainkan naunganKu sendiri.”

(Muslim)

9. Berazam untuk mendapatkan ilmu dan kefahaman bagi diamalkan dan disampaikan kepada orang lain… kecuali perkara yang rahsia.

Maksudnya:

“Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan di situ, maka Allah akan memudahkan baginya suatu jalan untuk menuju ke syurga.”

(Muslim)

10. Duduk dengan bersopan santun

Kerana majlis itu adalah majlis zikrullah dan dihadiri sama ileh para Malaikat.

Maksudnya:

“Dan tunduklah sayapmu bersikap sopan santunlah terhadap orang mukminin.”

(Al-Hijr : 88)

Sabda Rasulullah s.a.w.:

Maksudnya:

“… dari Abu Hurairah r.a. dan Abu Said r.a. katanya, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada suatu kaum pun duduk-duduk sambil berzikir kepada Allah melainkan di kelilingi oleh para Malaikat dan ditutupi oleh kerahmatan serta turunlah kepada mereka itu ketenangan di dalam hati mereka dan Allah mengingatkan mereka kepada makhluk-makhluk yang ada di sisinya yakni di sebut-sebutkan hal ehwal mereka itu di kalangan para Malaikat.”

11. Mendahului majlis dengan membaca Al-Fatihah dan berselawat kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Maksudnya :

“Dan daripada (Abu Hurairah) dari Nabi s.a.w. sabdanya: “Tiada sesuatu kaum pun yang duduk di suatu majlis yang mereka itu tidak berzikir kepada Allah Taala dalam majlis tadi, juga tidak mengucapkan bacaan selawat kepada Nabi mereka di dalamnya, melainkan atas mereka itu ada kekurangannya. Jikalau Allah berkehendak, maka Allah akan menyiksa mereka dan jikalau Allah berkehendak, maka Allah akan mengampunkan mereka.”

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dia mengatakan bahawa hadith ini adalah hadith hasan.

12. Mendengar segala penjelasan, bacaan-bacaan, arahan-arahan dan pengajaran dengan teliti dan tenang sambil cuba memahami, mencatit dan mengingati dengan tepat sebelum disampaikan kepada orang lain.

Maksudnya:

“Dari Abu Bakrah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: “Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir kerana sesungguhnya mudah-mudahan (diharapkan) orang yang disampaikan itu kepadanya lebih hafaz dan lebih faham dari yang menyampaikan.”

(Bukhari dan Muslim)

13. Memohon penjelasan atau mengemukakan pertanyaan selepas diberi peluang atau setelah meminta izin naqib atau naqibah.

    • Supaya tidak mengganggu perjalanan majlis.
    • Supaya ada sikap menghormati naqib atau naqibah.

14. Jangan mencelah ketika naqib atau sahabat sedang memberi penerangan kecuali dalam perkara yang memerlukan teguran yang segera (seperti membetulkan bacaan yang silap). Ini adalah kerana :

    • Supaya tidak mengganggu perjalanan majlis.
    • Supaya tidak menghilangkan penumpuan anggota usrah yang lain.
    • Kadang-kadang naqib atau sahabat yang sedang bercakap akan kehilangan apa yang hendak disampaikan apabila dicelah ketika dia sedang bercakap.

15. Jangan mengangkat suara tinggi lebih dari keperluan pendengar. Ini adalah perkara yang dilarang oleh Allah Taala sebagaimana firmanNya :

Maksudnya :

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara kaldai. ”

(Luqman : 19)

16. Jangan banyak ketawa kerana hati yang sentiasa berhubung dengan Allah itu bersifat tenang dan serius.

Maksudnya:

“Dari Anas r.a. katanya: “Nabi s.a.w. mengucapkan sebuah khutbah yang saya tidak pernah mendengar suatu khutbah yang saya tidak pernah mendengar suatu khutbah pun seperti itu kerana amat menakutkan. Beliau s.a.w. bersabda: “Andaikata engkau semua dapat mengetahui apa yang aku ketahui, nescaya engkau semua dapat mengetahui apa yang aku ketahui, nescaya engkau semua akan sedikit ketawa dan banyak menangis.”

Para sahabat Rasulullah s.a.w. lalu menutupi wajah masing-masing sambil terdengar suara esakkannya.

(Mutaffaq ‘alaih)

17. Jangan banyak bergurau, kerana umat yang sedang berjuang itu tidak mengerti melainkan bersungguh-sungguh dalam semua perkara:

Ini adalah kerana:

    • Supaya hendaklah bergurau di dalam perkara yang benar sahaja.
    • Banyak bergurau akan menjadikan majlis usrah bertukar menjadi majlis jenaka, gurau senda atau gelak ketawa.
    • Banyak bergurau akan menjadikan majlis usrah kurang bermanfaat.
Maksudnya: “Saya bergurau tetapi saya tidak berkata sesuatu kecuali kebenaran.”

18. Jangan menghisap rokok di dalam tempat diadakan majlis usrah dan kalau ditinggalkan terus adalah terlebih baik.

    • Supaya tidak mengganggu sahabat-sahabat yang tidak merokok.
    • Supaya tidak mengganggu tuan rumah jika sekirnya ahli keluarga rumah itu sensitif dengan bau asap rokok.

19. Jangan mempersoalkan atau mempertikaikan arahan-arahan yang telah diberikan dengan jelas dan menepati syara’:

Maksudnya:

“Sesungguhnya binasa umat sebelum kamu kerana mereka banyak menyoal (yang tidak berfaedah) dan mereka suka menyalahi Nabi-nabi mereka.”

(Mutaffaq ‘alaih)

20. Minta izin dari naqib sebelum keluar dari majlis kerana sesuatu keperluan. Ini adalah kerana.

    • Keluar dari majlis tanpa izin adalah perangai orang munafiq.

Maksudnya:

“Sesungguhnya yang benar-benar orang mu’min ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadamu (Muhammad), mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu kerana sesuatu keperluan, berilah izin kepada sesiapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah keampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

(An-Nur : 62)

21. Jangan sekali-kali bertengkar kerana ia akan merenggangkan ukhuwwah : Sebabnya :

    • Sedangkan di antara matlamat usrah ialah untuk memupuk ukhuwwah.

Maksudnya:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, kerana itu damaikanlah antara kedua saudaramu..”

(Al-Hujuraat : 10)

Firman Allah Taala lagi:

Maksudnya: “Dan taatilah kepada Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berbantah-bantah yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar.”

(Al-Anfaal : 46)

22. Sentiasa berusaha di dalam dan di luar majlis usrah untuk mengenali sahabat-sahabat satu usrah.

23. Akhiri majlis dengan membaca Tasbih Kaffarah dan surah Al-‘Ashr secara sedar dan memahami serta menghayati maknanya.

Maksudnya:

“Dari Abu Barzah r.a. katanya, Rasulullah s.a.w. bersabda pada penghabisannya jikalau beliau s.a.w. hendak berdiri dari majlis yang ertinya: “Maha Suci Engkau ya Allah dan saya mengucapkan puji-pujian pada Mu. Saya menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Engkau, saya mohon ampun serta bertaubat padaMu.” Kemudian ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah! Sesungguhnya Tuhan mengucapkan sesuatu ucapan yang tidak pernah Tuan ucapkan sebelum ini. “Beliau s.a.w. bersabda: “Yang demikian itu adalah sebagai kaffarah (penebus) dari apa saja yakni kekurangan-kekurangan atau kesalahan-kesalahan – yang ada di dalam majlis itu.” Di riwayatkan oleh imam Abu Daud juga diriwayatkan oleh imam Hakim iaitu Abu Abdillah dalam kitab Al-Mustadrak dari riwayat Aisyah r.a. dan ia mengatakan bahawa hadith ini adalah shahih isnadnya.

24. Bersalam dan saling bermaaf-maafan selepas selesai majlis.

Maksudnya:

“… dan orang-orang yang menahan marahnya serta memaafkan (kesalahan) orang dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat demikian.

(Ali Imran : 134)

Firman Allah s.w.t. lagi:

Maksudnya:

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpaling dari orang-orang yang bodoh.”

(Al-A’raaf : 199)

25. Terus pulang apabila selesai majlis kecuali ada keperluan yang penting. Ini adalah kerana:

    • Memberi peluang kepada tuan rumah untuk berkemas.
    • Mungkin tuan rumah letih dan hendak segera berehat atau dia ada urusan lain.

26. Merahsiakan setiap perbincangan, maklumat atau arahan yang telah diputuskan tentang sesuatu perkara itu sebagai rahsia atau setiap perkara yang dikirakan tidak patut untuk disebarkan.

Itulah di antaraadab-adab usrah yang patut menjadi amalan setiap naqib atau naqibah dan setiap anggota usrah supaya matlamat usrah akan tercapai, Insyaallah.

RUKUN-RUKUN USRAH

Usrah menjadi suatu kelaziman di dalam program tarbiyyah harakah kita ini. Ianya mestilah mempereratkan pertalian aqidah dan menanamkan cinta kepada perjuangan, menanggapkan kebenaran walau apa kesusahan yang dihadapi dan diterima oleh seorang mujahid. Rukun usrah itu ialah tiga perkara ianya mestilah diperkukuhkan, sekukuh-kukuhnya iaitu:

  1. Al-Ta’aruf iaitu berkenalan.
  2. Al-Tafahum iaitu bersefahaman
  3. Al-Takaaful iaitu saling bantu membantu.
Rukun Pertama:

Iaitu Al-Ta’aruf ertinya berkenalan secara paling mendalam yang menimbulkan kasih sayang dengan tujuan Al-Hubbufillah. Sebagaimana firman Allah Taala:

Maksudnya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara…”

Dan Sabda Rasulullah s.a.w.:

Maksudnya: “Orang yang beriman dengan orang yang beriman yang lain laksana satu binaan, saling kuat-menguat di antara setengah dengan setengah yang lain.”

Sabda Rasulullah s.a.w. lagi:

Maksudnya: “Kami mengasihi saudara kerana dia adalah saudara pada jalan Allah.”

Di samping itu sikap mahabbah mesti dibuktikan dalam amalan dan penghayatan bukan sekadar teori semata-mata.

Al-Ta’aruf iaitu kenal mengenal daripada bab mufa’alah (daripada dua belah pihak) Salbi dan i~jabi (memberi dan menerima). Kenal yang benar-benar, tahu selok-belok tentang saudara kita, supaya kita membuat dan bertindak untuk mengarah sesuatu yang sesuai dengannya.

Rukun Kedua – Al-Tafahum ertinya bersefahaman

Al-Tafahum daripada bab mufa’alah juga, adalah menjadi tujuan usrah iaitu supaya membuatkan satu sikap, satu tindakan hasil daripada sama-sama faham, sama-sama beramal iaitu sama-sama menjalankan perintah Allah, tunduk kepada kebenaran, muhasabah diri, muhasabah sama-sama jama’ah dan disusuli dengan nasihat menasihati di antara saudara, (Ad-Dinul Nasihah). Awas jangan sama sekali nasihat menasihati ini menimbulkan apa-apa perasaan yang tidak senang kepada salah satu daripada yang lain, baik yang memberi atau yang menerima, cuba renungkan hadith di atas.

Rukun Ketiga – Al-Takaaful iaitu saling bantu membantu atau jamin menjamin

Rukun ini merupakan dasar membela nasib sesama sendiri, supaya jangan ada orang yang terbiar atau terlantar nasibnya tidak terbela, maksud rukun ini ialah anggota usrah hendaklah mengambil berat masalah-masalah yang dihadapi oleh saudaranya. Takaaful ini merupakan pancaran pekerti yang dilahirkan daripada keimanan, dan merupakan intisari dari ukhuwwah yang murni. Cuba saudara-saudara teliti sabda Rasulullah s.a.w.:

Maksudnya: “Sesungguhnya seseorang kamu pergi menunaikan sesuatu keperluan saudaranya lebih baik baginya daripada beriktikaf dimasjid aku ini selama sebulan.”

Dan sabdanya lagi:

Maksudnya: “Sesiapa yang telah memasukkan kegembiraan iaitu menghilangkan kesusahan dan kesukaran kepada keluarga muslim, maka Tuhan tidak melihat balasan kepadanya selain daripada syurga.”

Ini gambaran besar atau kecilnya Al-Takaaful dalam Islam bagi rukun usrah ketiga.

TUGAS DAN KEWAJIPAN NAQIB DAN NAQIBAH USRAH

Naqib adalah bertanggungjawab menyempurnakan pencapaian anggota usrahnya kepada tiga-tiga tujuan asas di atas. Oleh yang demikian cubalah perhatikan arahan-arahan di bawah ini:

1. Pastikan anak buah saudara sekurang-kurangnya mempunyai sebuah Al-Quran dan terjemahannya dan memiliki kitab-kitab, buku-buku, nota-nota atau teks usrah dan pastikan mereka boleh membaca Al-Quran dengan betul.

2. Sistem muhasabah anak-anak buah dengan cara terbuka dihadapan Jamaah atau fardi amatlah perlu. Gunakan kebijaksanaan saudara dengan mengambil kira ( ) iaitu thap demi tahap.

3. Sekiranya majlis usrah perlukan makan minum, pastikan makan minum yang disediakan akan benar-benar ala kadar. Awasilah supaya majlis usrah tidak menjadi majlis jamu selera.

4. Kesempurnaan beribadat seperti sembahyang, puasa, zakat dan ibadat-ibadat nawafil semuanya menjadi tuntutan pertama jamaah kita. Pastikan anak buah anda benar-benar mengerti dan mengamalinya. Anjurkan sekali sekala ibadat nawafil jama’i seperti qiamuallail, puasa zakat harta dan lain-lain.

5. Mana-mana jamaah ada kelemahannya, gunakan kebijaksanaan dalam memilih tajuk usrah supaya dapat mengubati kelemahan yang wujud dalam diri anak buah anda dengan memilih tajuk yang sesuai dengan suasana anak buah anda, contohnya sekiranya usrah anda lemah dalam ikatan persaudaraan atau tidak cukup mesra maka jadikan tajuk usrah persaudaraan dan tuntutannya dalam Islam, dan sekiranya ada kelemahan dalam istiqamah maka jadikan tajuk usrah istiqamah dalam Islam, begitulah seterusnya.

6. Adalah menjadi tugas utama saudara mencungkil bakat-bakat yang terpendam dalam organisasi kita, mereka mempunyai kebolehan di dalam menulis kertas kerja dan mengajar, ceramah dan lain-lainnya mestilah diasah bakatnya di dalam usrah.

7. Anda mestilah mengalakkan anak buah anda membaca buku-buku ilmiah, pengetahuan termasuklah majalah-majalah, surat khabar, kertas kerja, kajian ilmiah dan lain-lainnya. Tugaskan mereka membuat ringkasan dalam usrah, khususnya buku-buku keluaran jamaah kita termasuklah kaset-kaset rakaman syarahan pimpinan parti.

8. Anggota usrah yang sedia ada hendaklah ditugaskan mengadakan kelompok-kelompok usrah yang baru, mereka ditugaskan memimpinnya. Anda hendaklah menjadi penyelia kepada kelompok-kelompok baru itu.

9. Di peringkat permulaan dinasihatkan supaya setiap usrah mempunyai kitab atau teks yang tertentu. Sekiranya perlu, jamaah hendaklah membeli kitab-kitab rujukan tersebut.

10. Usahakan sedaya upaya usrah mempunyai tabung, setiap kali berusrah hendaklah dipungut derma walaupun kadar yang paling sedikit.

11. Sekali sekala anjurkan perkelahan di tempat-tempat yang difikirkan munasabah seperti di tepi pantai di sungai, di pedalaman dan ziarah tempat-tempat bersejarah atau tokoh-tokoh jamaah kita khususnya ulamak-ulamak. Jadikan muhasabah ini suatu peluang mengenali rakan seperjuangan saudara dari dekat.

12. Adalah amat berguna sekiranya naqib mempunyai nota atau diari, khususnya mengenai anggota usrah. Diari ini mengandungi maklumat-maklumat yang membolehkan ketua saudara mengenali rakan-rakan seperjuangan saudara dan mengetahui kebolehan, keistimewaan kedudukan serta iltizam usrah saudara.

13. Naqib bertanggungjawab mengembang dan mengikuti perkembangan kemajuan saksiyyah anggota usrah.

Adab ( ) mestilah dijaga jangan sama sekali berlaku jadar (berbalah) dan perbincangan yang tidak berguna sehingga terkeluar daripada adab seperti mengeluarkan suara nyaring.

Wallahu alam

source: anonym

Wednesday 22 June 2011

Sahabat


Matahari sudah condong ke sebelah barat. Berdua dengan S, saya menyusuri jalan menuju stasiun. Pengumuman kereta akan segera datang telah terdengar, kami berdua semakin mempercepat langkah. Alhamdulillah masih bisa dikejar. "Kamu sudah beli karcis belum," tanya S. "Nggak sempat, nanti kucing-kucingan saja kalau ada petugas," jawab saya ringan, kaki sudah hampir masuk ke gerbong, tapi S malah menarik saya menjauhi kereta. Kereta berangkat. "Kenapa ngga beli karcis dulu," kali ini mukanya agak keruh. "Kan ngga sempat, lihat tuh, mana antri lagi, males," mata saya mengarah ke tempat penjualan karcis. "Ya sudah tunggu disini."

S bergegas pergi, dan dengan tidak enak hati saya memandangi punggungnya yang menjauh. "Berapa lama, waktu antri untuk membeli karcis," katanya ketika tiba di hadapan saya, tangannya menyodorkan karcis. "Sepuluh menit" singkat saya. "Gara-gara sepuluh menit, kamu bisa jadi antri di neraka". Drrrrr, gemetar juga ditembak telak seperti itu. "Dan saya nggak mau ikut-ikutan antri disana, gara-gara nggak ngingetin kamu," tambah S. Saya diam, kena setrum sepertinya. "Sudahlah, lain kali jangan curang!" perintahnya, kali ini dia memandang saya penuh arti.

Kalau terkenang dengan peristiwa tadi, saya selalu bergumam "Alhamdulillah... saya mempunyai sahabat". "Eh ada yang kangen ingin berjumpa dengan mu lho, mendengar rayuan mautmu, melihatmu mengemis memohon cinta. Ayo bangun. Tahajud euyy!!!" itu isi SMS dari seseorang yang baru saya kenal beberapa bulan. Pesan yang terus menerus dikirimnya selama hampir 1 minggu, pada jam 03.00 pagi, tidak kurang. Sebuah SMS yang sebelumnya diawali dengan misscall beberapa kali. Awalnya saya sempat merasa terganggu dan menyembunyikan HP dibawah bantal agar bunyinya tidak terdengar.

Ketika saya membalas SMS-nya dengan "Tidak sayang pulsa tuh, mengganggu ketenangan orang", SMS-nya pun datang, "lho katanya kamu sedang punya banyak masalah". Sangat singkat, mengingatkan bahwa 2 hari yang lalu saya curhat kepadanya. Sekarang, kala mengingatinya, juga selalu hati ini berujar "Alhamdulillah, saya memiliki sahabat yang demikian....".

Ini kisah yang saya dengar dari seorang muslimah. Suatu ketika, dia dan alumni pengurus Rohis SMA, berkumpul. Salah seorang rekan dari pengurus semasa Rohis (sebut saja A) baru saja meninggal, dan mereka baru tahu keadaan ekonomi keluarganya ketika melayat ke rumah A. Ternyata A ini tulang punggung ekonomi keluarganya, selain yatim, ibunya hanya berjualan ala kadarnya. Ibunya bercerita, salah seorang adiknya hampir mau ujian tapi karena tidak ada biaya, akhirnya gagal merampungkan sekolah.

Dibahaslah solusi untuk meringankan beban ibunda A, dengan sebelumnya beberapa rangkaian taushiyah bergulir. Semua yang hadir larut, banyak air mata di sana. Air mata cinta. Diakhir pertemuan, terkumpullah materi yang tidak sedikit, perhiasan, uang, sepeda motor, sepeda, dan sepasang sepatu baru. Kita pasti tahu kisah selanjutnya, si ibu tak henti menangis, dan hampir tersungkur di hadapan mereka. Allahu Akbar.

Sungguh kisah tadi seperti pesan yang disampaikan seorang ulama "Persahabatan antara orang-orang mukmin, menyatunya kalbu mereka, dan kecintaan yang terjalin diantara mereka merupakan karunia Allah bahkan juga termasuk taqarrub, dalam ketaatan yang paling agung" Dan Alhamdulillah, Almarhum A ini mempunyai sahabat seperti mereka...

Dunia menjadi penuh makna ketika kita mempunyai banyak sahabat. Dunia menjadi berpelangi tatkala banyak sahabat mengelilingi kita. Kahlil Gibran menyebut "Kesendirian adalah himpunan duka cita". Tentu saja, karena manusia dicipta untuk hidup dalam kebersamaan, seperti firman Allah "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu sekalian (terdiri dari jenis) laki-laki dan perempuan, dan Kami menciptakan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian disisi Allah adalah yang paling bertakwa." (QS. Al-Hujurat:13).

Sekali lagi, banyak hikmah yang dapat kita reguk dari persahabatan. Dan juga perlu diingat, kita harus cerdik pula dalam memilihnya. Dalam era sekarang ini, ketika 'fenominul' begitu menyesakkan hati umat Muslim, menjamurnya narkoba, pesta muda-mudi, sepertinya kita butuh filter ampuh untuk memilih sahabat. Dan filter itu bisa begitu ampuh ketika kita mempunyai sahabat yang mampu mendekatkan diri kita kepada pemilik dari segala filter, Allah.

Memilih sahabat bukan berarti membeda-bedakan manusia. Memilah sahabat berarti kita menilainya dari karakter dan sifat yang dimilikinya. Sebuah persahabatan yang nantinya akan terjalin juga tidak seharusnya didasarkan pada parameter-parameter duniawi saja. Sungguh, ketika kita berjumpa dengan seorang yang berakhlak baik, menjaga shalatnya, maka itulah parameternya. Dan itulah yang dilakukan orang-orang shalih terdahulu dalam menimbang siapa saja yang pantas menjadi sahabat baginya.

Ayo, pikatlah sahabat sebanyak yang kita mampu. Sahabat yang tidak menjadikan kita, manusia yang disebut-sebut Al-Qur'an, "Pada hari si zhalim menggigit kedua tangannya seraya berkata: Ah, seandainya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Malang nian, mengapa dulu aku menjadikan si fulan menjadi sahabat akrabku". (Al-Furqan 27-28)

Dan jangan lupa, "shalih sendiri" juga tidak bermanfaat, jadi pikatlah sahabat yang ketika dia mengenang kita, dia akan berujar "Alhamdulillah, saya mempunyai sahabat sepertimu..."

Akhirnya, saya sampaikan salam keselamatan untukmu yang berkenan membaca tulisan ini. Izinkan saya menyebutmu sebagai "sahabat". Saya ingin menggelarimu "sahabat", panggilan mesra Nabi al-Musthafa pada generasi setia di zamannya, sapaan akrab terdengar begitu merdu. Sebuah kosa kata indah yang saya temukan dalam buku "Berbagi cinta dengan para Sufi" sebagai kiasan bertubi untuk orang yang paling mempunyai makna. Dan sekarang, saya ingin mengadopsinya untuk anda yang sekali lagi berkenan membaca tulisan ini.

Sahabat, semoga Anda membendaharakan kata ini juga untuk saya. Dan ketika anda menjadi sahabat, tak akan pernah jengah anda memperingatkan, ketika saya salah melangkah.


Source: Tulisan seorang sahabat

Sunday 8 May 2011

Ciri-ciri Generasi Rabbani


Perkataan ribbiyy dan rabbaniyy merujuk pada segolongan manusia yang mempunyai ilmu yang luas lagi mendalam berkenaan dengan agama. Dengan bekal ilmunya, ia tak pernah berhenti beramal demi mencari keridhaan Allah SWT. Selain itu, iapun mampu menjalankan amar ma'ruf nahi munkar, dengan penuh kesabaran serta istiqamah. Dalam Al Qur'an Allah SWT menyebut tentang golongan ini dalam beberapa tempat, semisal : Surat Ali `Imran ayat 146; Surat Al Maa-idah, ayat 44; Surat Al Maa-idah, ayat 43; Surat Ali 'Imran ayat 7; dan Surat Ali `Imran, ayat 79. Sibawaih, seorang ahli bahasa berpendapat : jika huruf alif dan nun ditambahkan pada perkataan ribbiyy, lalu menjadi rabbaniyy, menunjukkan mereka adalah golongan yang sangat mendalam ilmunya mengenai ketuhanan (Lisan al Arab).

Pada hari kematian Abdullah ibn Abbas r.a, telah berkata Muhamad ibn Ali ibn Hanafiyah “.. hari ini telah gugur seorang rabbaniyy dari umat ini.” Ibn Abbas r.a memang terkenal di kalangan sahabat berkat kedalaman dan keluasan ilmunya. Maka adalah wajar jika ia digelari insan rabbaniyy. Telah dikatakan pula oleh Ali bin Abu Thalib r.a : “Manusia itu terdiri dari tiga golongan : alim yang rabbaniyy, penuntut ilmu demi jalan kejayaan, serta orang hina pengikut segala keburukan.”

Di dalam al Taalim Imam Al Banna telah menegaskan bahwa umat mesti membentuk diri, agar menjadi insan kamil yang mempunyai aqidah sejahtera, ibadah yang sahih, akhlak yang mantap, pikiran yang berasaskan ilmu, tubuh yang kuat, hidup yang berdikari, diri yang berjihad, masa yang dihargai, tugas yang tersusun dan sentiasa memberi manfaat kepada orang lain. (Risalat al-Taalim, rukun al-Amal). Itulah kriteria figur generasi rabbani, menurut tokoh pelopor Ikhwanul Muslimin ini.

As-Syahid Sayyid Quthb dalam rumusannya mengenai generasi rabbani (dengan merujuk pada generasi sahabat era Rasulullah SAW ), mengemukakan tiga ciri penting dari generasi awal Islam itu, seperti : selalu membersihkan diri dari segala unsur jahiliyyah, sumber rujukan mereka yang utama hanyalah Al Qur'an Nur Karim, dan apa yang dipelajari semata-mata hanyalah untuk diamalkan.

Kelahiran generasi rabbani menjadi mungkin, jika umat tetap berpegang pada Al Qur'an dan Al Hadits. Diperlukan pula banyaknya murabi yang mempunyai keluasan dan kedalaman ilmu. Disamping itu, generasi rabbani akan terlahir jika banyak keluarga telah mencapai derajar sakinah, institusi pendidikan, masyarakat serta negara berkomitmen penuh atas tegaknya dakwah Islamiyyah. Usaha melahirkan kembali generasi ini di akhir jaman, merupakan ikhtiar suci yang memerlukan pengorbanan diri, waktu dan harta.

Source: Ust H. Abdul Muhaimin

Thursday 28 April 2011

Teman Sejati


Seorang tabiin, Abu Muslim al-Khaulani, suatu saat masuk masjid dan tiba-tiba melihat sekelompok orang yang tengah berkumpul. Ia berharap bahwa mereka adalah kumpulan orang-orang yang tengah berzikir kepada Allah. Ia pun duduk, berbaur bersama mereka.

Namun, pembicaraan mereka ternyata hanya seputar anak-anak mereka. ''Anak saya melakukan ini,'' ucap mereka kepada sebagian yang lain. Sementara itu, yang lain berkata, ''Saya beri anak saya sesuatu.''

Beliau memandang mereka dengan penuh keheranan. ''Subhanallah! Tahukah kalian, apakah perumpaman aku dan Anda sekalian?'' tanya Abu Muslim al-Khaulani. ''Aku laksana seseorang yang ditimpa hujan sangat deras,'' ujarnya lebih lanjut.

''Aku pun mencari tempat berteduh, kemudian kutemukan sebuah rumah. Pikirku, alangkah baiknya kalau aku bisa berteduh di situ. Namun, sayang, ketika aku masuk, ternyata rumah itu tidak beratap. Aku hadir dengan harapan kalian mengingat Allah, tetapi nyatanya kalian hamba dunia.''

Pertemanan adalah kebutuhan sosial bagi tiap individu, sehingga orang sukses dalam berteman bisa dibilang sebagai orang sukses pula secara sosial. Namun, bagaimana agar kesuksesan horizontal itu juga menjadi kejayaan vertikal, di mana sebuah pertemanan bisa mengantarkan seseorang kepada Ilahi.

Bila di masa tabiin, Abu Muslim al-Khaulani pernah kecele dengan keriuhan banyak orang yang tampaknya bisa menjadi teman sejati, tetapi kehadiran mereka itu seperti fatamorgana, sebagaimana digambarkan dalam narasi di atas, Pada era seperti sekarang ini kita dituntut untuk lebih jeli dalam memilih teman dan komunitas sosial yang layak dijadikan wahana sosialisasi dan aktualisasi diri kita.

Sedemikian besarnya peran, seorang teman juga menjadi salah satu parameter baik dan buruknya seseorang. Nabi bersabda, ''Seseorang itu bergantung pada agama kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati memilih kawan pendamping.'' (HR Ahmad) Ketika dunia makin tidak berjarak dan hampir tanpa sekat, orang begitu mudah untuk berbaur satu sama lain, bahkan dalam tataran global, dengan segala motivasi yang menggerakkannya.

Mereka berpotensi menjadi teman sejati yang bisa mendongkrak kesalehan kita, menghaluskan nurani kita, dan meningkatkan spiritualitas kita. Namun, mereka juga bisa menjadi perangkap, pembawa kita ke kubang kenistaan. Bukankah telah banyak pihak yang mencoba menyusup ke dalam barisan kaum Muslimin, mereka bertujuan hanya untuk memorakporandakan kekuatan Islam?

Source:
Makmun Nawawi

Semoga Allah meridhai apa yang kita usahakan di dunia ini.
Salam hangat untuk semua sahabat Karisma ITB

Tinggal Pilih! Seperti Apa Kita di Hari Kiamat


Pada hari kiamat keadaan manusia berbeda-beda satu sama lainnya. Ada yang tertunduk penuh penyesalan atas segala kebodohan yang selama ini mereka perbuat, ada juga yang bergembira dan berseri-seri, sebab hari kiamat merupakan awal perjumpaan mereka dengan Rabbnya.

Keadaan Orang-orang kafir dan yang mengingkari Allah.

Orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, mereka yang bergelimang maksiat dan tidak memperdulikan hukum-hukum Allah, pada hari kiamat akan merasakan penyesalan yang amat sangat. Tidak ada lagi yang dapat dilakukan kecuali menunduk, menyesali dosa-dosa yang ada.

“(Yaitu) hari mereka keluar dari kubur dengan segera bagaikan berlari menuju patung (atau tujuan), dengan pandangan menunduk. Mereka ditimpa kehinaan. Itulah hari yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS.Al-Ma’arij:43-44)

Pada saat itu orang-orang kafir dan mereka yang tidak berjalan pada tali Allah merasakan kemalangan, mereka keluar dalam keadaan hina, keringat bercucuran deras, mata mereka melotot, jiwa mereka kosong. Orang kafir pada saat itu merasakan ketakutan yang amat sangat. Seluruh aib terbuka, dan mereka malu sendiri dengan segala yang telah diperbuatnya. Siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang kafir, orang kaya yang hidup mewah tetapi tidak peduli dengan saudaranya yang miskin, pelanggar janji, koruptor, perampas tanah, bermuka dua, pemerintah yang dzhalim, pembohong, pezina, tidak melakukan ibadah yang wajib dan mereka yang gemar bermaksiat.

Keadaan Orang-orang Sholeh

Berbeda dengan orang kafir dan mereka yang mengabaikan hukum-hukum Allah, orang-orang sholeh pada hari itu tidak mengalami ketakutan. Ketika bangkit dari kubur mereka disambut oleh para malaikat yang menenangkan perasaan dan menentramkan hati mereka. Mereka mendapatkan naungan dari Allah.

“Hai hamba-hambaKu, hari ini kalian tidak takut dan tidak bersedih, (yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan berserah diri.” (QS. Az-Zukhruf:68-69)

Siapakah mereka ini? Merekalah pemuda yang tumbuh dalam ketaatan beribadah kepada Allah, yang mengendalikan jiwanya dengan kendali taqwa dan menahan hawa nafsunya, sehingga ia hidup dengan suci dan bersih. Diantara mereka ada juga orang yang memakmurkan mesjid, orang yang saling mencintai dan membenci karena Allah, orang yang bersedekah dengan ikhlas dan orang-orang yang dalam hatinya dipenuhi rasa takut kepada Allah, dikala berzikir sendirian air mata adalah teman yang menemani kesendiriannya.

Sahabat semua, dimanakah posisi kita pada saat itu? Kita bebas memilih dan menentukan apakah ingin menjadi orang yang tertunduk dan terhina, atau menjadi orang yang disambut oleh malaikat yang akan memberikan ketenangan dan ketentraman?

Source: Kiamat besar oleh Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar