Monday, 31 January 2011

Menghindari Maksiat


Bismillaahirrohmaanirrohiim ...

sebuah jawaban dari Ust. Sigit Pranowo dari pertanyaan seorang yang ingin berhenti dari kebiasaan bermaksiat, yang sangat menarik dan membuat saya banyak merenung ...
apakah selama ini sudah menjaga pandangan?
apakah apa yang selama ini saya lihat memang pantas menurut-Nya?
apakah kata-kata yang diucapkan tidak mengakibatkan keburukan?
apakah ibadah yang saya lakukan memang ikhlas untuk-Nya?
apakah saya memang termasuk orang munafik? yang hanya terlihat sedikit baik d luar padahal busuk di dalam?
apakah ketika berjalan & melakukan aktivitas selama hidup sudah jauh dari maksiat?
atau apakah saya termasuk orang-orang yang menyepelekan sebuah kemaksiatan?
Astagfirullah ...

semoga bisa mengingatkan saya ketika akan berbuat maksiat dan kembali membacanya agar selalu menghindari hal tersebut, Amin ...

Untuk menghindari kebiasaan buruk/kemaksiatan ...

1. Menyadari besarnya dosa perbuatan itu dihadapan Allah swt.

Hendaklah dirinya menyadari dosa dari perbuatan itu dan sesungguhnya ia bisa tergolong dosa besar manakala dianggap enteng oleh pelakunya atau dilakukan berulang-ulang (kecanduan). Karena itu para ulama mengatakan,”Janganlah seseorang melihat pada kecilnya dosa akan tetapi lihatlah kepada siapa dia bermaksiat.”

Ketika dosa itu tidak segera ditanggulangi maka ia akan semakin membuat hitam hatinya dan pada akhirnya akan menutupinya hingga cahaya hidayah dan keimanan sulit menembusnya.


2. Meningkatkan keimanan dengan amal-amal shaleh.

Keimananlah yang menggerakkan seseorang melakukan berbagai perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya meskipun itu semua dirasakan berat dan membutuhkan pengorbanan. Sebaliknya lemahnya iman atau ketiadaan iman didalam diri seseorang menjadikannya ringan melakukan berbagai kemaksiatan dan meninggalkan ketaatan kepada Allah swt.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Seorang mukmin tidak disebut mukmin saat ia berzina, seorang mukmin tidak disebut sebagai mukmin saat ia mencuri'."

Untuk itu diperlukan berbagai amal shaleh, seperti : komitmen dengan shalat lima waktu berjamaah di masjid, membaca al Qur’an, memperbanyak dzikrullah dan ibadah-ibadah lainnya.

3. Mencari lingkungan yang baik.

Sedikit banyaknya lingkungan tempat seseorang berinteraksi juga memberikan pengaruh terhadap prilakunya, sebagaimana disebutkan didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari ari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang laki-laki itu bergantung dengan agama teman gaulnya, maka hendaklah salah seorang melihat siapa yang menjadi teman gaulnya."

Hendaklah dirinya berupaya untuk berkawan dengan orang-orang shaleh di semua lingkungan interaksinya, baik di rumah, kantor maupun tempat-tempat lainnya agar dirinya terpengaruh oleh keshalehan mereka sehingga dapat menghilangkan kebiasaan buruknya itu.

4. Mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat.

Diantara yang sering kali mencelakakan manusia adalah waktu luang atau kosong karena pada saat itulah kebanyakan setan masuk dan menggoda manusia dengan berbagai was-wasnya yang dihembus-hembuskannya untuk melakukan berbagai pelanggaran dan maksiat.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang."

Termasuk diantara waktu yang sering juga menjerumuskan manusia dengan berbagai kemaksiatan adalah setelah tertunaikannya suatu pekerjaan. Karena itu Allah swt memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk melakukan pekerjaan bermanfaat lainnya setelah dirinya menyelesaikan pekerjaan bermanfaat sebelumnya, sebagaimana disebutkan didalam firman-Nya :

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ وَإِلَىٰ رَبِّكَفَارْغَب

Artinya : “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Asy Syarh [94] : 7–8)

Menjadi keharusan bagi seorang yang memiliki kebiasaan bermaksiat untuk mengisi waktu-waktu luangnya dengan berbagai pekerjaan bermanafaat baik dengan amal-amal akherat, seperti : membaca al Qur’an, berdzikir, mendengarkan kaset-kaset ceramah (pengajian) atau pun dengan amal-amal duniawi, seperti : membaca buku yang bermanfaat dan lainnya.

5. Memperbanyak doa.

Senjata yang paling ampuh dan tidak bisa dilupakan adalah senantiasa berdoa kepada Allah dan meminta pertolongan-Nya agar dirinya mampu menghentikan perbuatan buruk itu. Karena tidaklah ada daya dan kekuatan seorang manusia tanpa dukungan dan kekuatan dari Sang Maha Perkasa, Allah swt.

Hendaklah dirinya berdoa kepada Allah pada waktu-waktu yang terbaik untuk berdoa, seperti : ketika sujud, hujan besar, antara adzan dan iqamah, disaat safar, berpuasa dan lainnya.

Semoga Allah swt memberikan kemudahan kepada anda untuk dapat menghindari perbuatan buruk tersebut dan menggantinya dengan perbuatan-perbuatan yang baik.

Wallahu A’lam

souce: http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/pecandu-berat-video-porno.htm

Sunday, 30 January 2011

Pendidikan Remaja Karisma

Bismillahirrohmanirrohiim ...

Sebuah tulisan dari Kang Bebeh W. N. untuk Divisi Adik Karisma ITB
moga bisa menambah pengetahuan sahabat-sahabat ...


1) Pendahuluan

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Pada fase ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Clarke-stewart & Friedman, 1987, dan Ingersoll ditahun 1989 menyebutkan bahwa pada fase ini individu (remaja) mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosial yang baru sebai orang dewasa.

Secara umum masa remaja dibagi menjadi bagian tiga bagian

a) Masa awal (12-15 tahun)
Pada fase ini remaja mulai meninggalkan peran anak-anak mulai berusaha menerima bentuk tubuh dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu. Pada tahap ini fokus kepada penerimaan terhadap bentuk Fisik dan adanya pencarian identitas/konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

b) Masa pertengahan (15-18 tahun)
Pada fase ini teman masih memiliki pengaruh besar. Tetapi fokus pada fase ini adalah berkembangnya pemikirannya, kematangan tingkah laku, mengendalikan keinginan yang impulsive, kemampuan mengarahkan diri sendiri (self directed). Selain itu penerimaan kepada lawan jenis sangat besar.

c) Masa akhir (19-22 tahun)
Fokus perubahan pada fase ini lebih kepada persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa,keinginan untuk lebih kuat dan matang dan diterima dalam kelompok, memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity.

Lerner dan Hultsch, 1983 mengungkapkan aspek perubahan pada remaja dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Perubahan Fisik

b) Perubahan Emosional
Pengaruh Emosional sangat dipengaruhi oleh perubahan fisik, dimana perubahan anatomi dan hormonal menimbulkan perasaan perasaan baru yang bisa jadi belum pernah dirasakan sebelumnya, kemudian perubahan lingkungan sangat berpengaruh sekali terhadap perubahan emosional. Perubahan yang belum pernah dirasakan ini disertai keterbatasan pengetahuan (kognitif) menyebabkan fluktiasi emosinya.

c) Perubahan Kognitif
Pada fase remaja sebenarnya tidak terlalu terikat dengan aspek fisik tetapi mulai berlanjut kepada aspek-aspek yang hipotesis, konrafaktual dan abstrak dari realitas. Memberikan peluang untuk mengimajinasikan kemungkinan segala hal.

d) Implikasi Psikososial
Banyak sekali perubahan besar pada remaja, perubahan fisik, fisiologis, emosional dan perubahan kogniotif . Sedangkan terbukannya kemungkinan bagi semua itu dipikirkan secara hipotesis, berbeda dan baru, dan dengan cara pandang yang radikal sehingga remaja cenderung untuk memfokuskan segala kemampuannya untuk memahami diri.

Disini letak kemungkinan terjadinya dilemma, dengan lingkungan yang meminta remaja untuk menentukan pilihan hidup sedangkan banyak sekali dari remaja yang tidak siap. Disinilah peran karisma mampu menjembatani kemampuan remaja dengan keinginan orang tua, guru dan masyarakat. Sehingga remaja siap untuk menentukan hidup kedepan.

Dari tulisan diatas dapat disimpulkan ada tiga bagian penting pendidikan fisik atau fisiologis, emosional dan kognitif, yang digabung oleh cara pandang yang fokus kepada kemampuan untuk mengenal dan memahami diri. Dan didorong oleh lingkungan yang baik.

Pembinaan adalah
Sistem pembinaan

2) Core Value and Vision Education (Nilai Utama dan Visi Pendidikan)
Nilai-nilai utama pembinaan anggota karisma

a) Semangat Bertanya dan Mencari (spirit inquiry and discover)
Kekaguman (wonder), perencanaan (Plan), menyelidiki (Investigate), mencari (Discover), membayangkan (Reflect), berbagi (Share), mengamalkan (Act). Dihubungkan terhadap nilai-nilai keislaman terutama Al-Quran.

b) Pendidikan Spiritual dan Karakter (Spiritual & Character Education)
Keimanan (Beliefs), Mmelaksanakan kewajiban dan tanggungjawab (Duties and Responsibilities), berlaku baik (Virtues), menjaga perilaku (Prohibitions Manners), kasih sayang dan berperasaan (Feelings), sikap sopan santun (Attitudes), kemampuan membaca Al-Quran (Life and Quranic Literacy Skills). The above elements are the daily ingredients to the making of a whole muslim. One that is firm in his/her belief, consistent in practice and exemplary in character.

c) Challenging and Inspirational Ideas
God, The World & Me, Knowing Yourself, Becoming a Moral Person, Understanding and Being Understood, Getting along with Others, A Sense of Belonging, Drawing Strength from the Past, Islam for All Times & Places, Caring for Allah’s Creation, Facing the Challenge, Making a Difference, Taking the Lead. The above ideas are those that strengthen the resolve of our young muslims. It brings clarity to their understanding of their religion and prepares them for the many challenges ahead.

d) Effective teaching and Learning:
Meaningful, Integrative, Valuesbased, Challenging, Active and Interactive. These approaches in teaching are crucial in ensuring that Islamic Education is delivered to the young in the most effective and engaging manner; learning Islam becomes such a pleasant experience that it encourages them to find out and learn more.

e) Instruction
Higher-order Thinking, Deep Knowledge, Substantive Conversations, Real-World Connections. By using the above instruction methods, quality of the discussions and topics could be ensured and maintained.

f) Assessment
Organisation of Materials, Consideration of Alternatives, Quality of Content and Process, Elaborated Communication, Connections to Society and the World, Audience Beyond the Classroom. By having a multiple assessment approach, the child’s learning is assessed consistently and fairly – encompassing all the different elements of the experience that the child goes through inside and outside of class thus reflecting his/her abilities and knowledge more accurately.

3) Aspect Education (Aspek Pendidikan)

a) Islam dan sosial
i) Keimanan (rukun iman)
ii) Keislaman (rukun islam)
iii) Akhlak yang baik
iv) Komitmen keislaman
v) Pemikiran yang baik
vi) Fisik yang sehat
vii) Interaksi dan sosialisasi yang baik

b) Sains dan teknologi
i) Lingkungan hidup
ii) Sains
iii) Teknologi tepat guna

c) Keorganisasian
i) Enterperunership
ii) Leadership
iii) Intuitive
iv) Motivation

d) Seni


4) Strategic learning and teaching
Pembinaan karisma dibagi menjadi 2 bagian besar pembinaan anggota remaja dan pembinaan Pembina.


Semangat !!! ^^