Monday, 11 April 2011

Ciri Penduduk Surga



Suatu hari, saat duduk-duduk bersama para sahabat, Rasulullah SAW menatap dan menajamkan pandangannya ke arah ufuk bagai seseorang yang sedang menunggu bisikan atau kata-kata rahasia. Kemudian, beliau menoleh kepada para sahabat. Rasul bersabda, ''Sebentar lagi akan muncul ke hadapan tuan-tuan sekalian seorang laki-laki penduduk surga.''

Para sahabat pun menengok ke kiri dan kanan juga ke setiap arah untuk melihat siapakah kiranya orang berbahagia yang beruntung beroleh taufik dan karunia itu. Tak lama, muncullah di hadapan para sahabat itu Sa'ad bin Abi Waqqash RA.

Selang beberapa lama, Abdullah bin 'Amr bin 'Ash RA datang kepadanya meminta jasa baiknya dan mendesak agar menunjukkan kepadanya jenis ibadah dan amalan yang menyebabkannya berhak menerima ganjaran tersebut. Para sahabat sangat tertarik untuk mengetahui amalan yang menjadi kunci untuk memasuki surga. Secara ikhlas Sa'ad pun bercerita, ''Sesungguhnya tak lebih dari amal ibadah yang biasa kita kerjakan, hanya saja saya tak pernah menaruh dendam atau niat jahat terhadap siapa pun di antara kaum Muslimin.'' (Rijaal Haular Rasuul -KM Khalid).

Penduduk surga itu, Sa'ad bin Abi Waqqash, adalah seorang penunggang kuda yang gagah berani dalam menyertai setiap peperangan bersama gurunya yang begitu agung: Rasulullah SAW. Namun, ia juga orang yang demikian lembut hatinya, sehingga bila mendengar nasihat-nasihat dari Nabi SAW segera saja air matanya jatuh bercucuran membasahi janggutnya. Abdurrahman bin 'Auf RA pun menjulukinya sebagai 'singa yang menyembunyikan kukunya'.

Ia termasuk dalam sabiqunal awwalun (orang yang mula-mula memeluk agama Islam). Saat menerima Islam yang diajarkan Rasulullah SAW, Sa'ad masih berusia 17 tahun. Ia mendapat bimbingan langsung dari Nabi SAW sehingga menjadi pribadi yang kokoh dalam keimanan dan sangat penyayang kepada sesama kaum Muslimin. Berbagai ujian atas kemantapan imannya telah mewarnai kehidupannya.

Ujian terberat yang dirasakannya adalah keinginan ibundanya untuk menghalangi dirinya menetapi Islam. Sang ibu sampai melakukan aksi mogok makan untuk mendesak agar Sa'ad kembali menyembah berhala. Atas ujian itu, dia tetap mantap memeluk Islam. Kepada ibunya, dia berkata, ''Demi Allah, ketahuilah wahai Bunda. Seandainya Bunda mempunyai seratus nyawa, lalu ia keluar satu per satu, tidaklah ananda akan meninggalkan agama ini walau ditebus dengan apa pun. Maka terserah kepada Bunda, apakah Bunda mau makan atau tidak.'' Maka luluhlah hati ibundanya, setelah melihat kesungguhan anaknya itu.

Keteguhan imannya itu didukung langsung oleh Zat Yang Maha Menguasai Segala Sesuatu. Allah berfirman, ''Dan seandainya kedua orang tua memaksamu untuk mempersekutukan Aku, padahal itu tidak sesuai dengan pendapatmu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.'' (QS Luqman : 15).

No comments:

Post a Comment