Thursday, 28 April 2011

Teman Sejati


Seorang tabiin, Abu Muslim al-Khaulani, suatu saat masuk masjid dan tiba-tiba melihat sekelompok orang yang tengah berkumpul. Ia berharap bahwa mereka adalah kumpulan orang-orang yang tengah berzikir kepada Allah. Ia pun duduk, berbaur bersama mereka.

Namun, pembicaraan mereka ternyata hanya seputar anak-anak mereka. ''Anak saya melakukan ini,'' ucap mereka kepada sebagian yang lain. Sementara itu, yang lain berkata, ''Saya beri anak saya sesuatu.''

Beliau memandang mereka dengan penuh keheranan. ''Subhanallah! Tahukah kalian, apakah perumpaman aku dan Anda sekalian?'' tanya Abu Muslim al-Khaulani. ''Aku laksana seseorang yang ditimpa hujan sangat deras,'' ujarnya lebih lanjut.

''Aku pun mencari tempat berteduh, kemudian kutemukan sebuah rumah. Pikirku, alangkah baiknya kalau aku bisa berteduh di situ. Namun, sayang, ketika aku masuk, ternyata rumah itu tidak beratap. Aku hadir dengan harapan kalian mengingat Allah, tetapi nyatanya kalian hamba dunia.''

Pertemanan adalah kebutuhan sosial bagi tiap individu, sehingga orang sukses dalam berteman bisa dibilang sebagai orang sukses pula secara sosial. Namun, bagaimana agar kesuksesan horizontal itu juga menjadi kejayaan vertikal, di mana sebuah pertemanan bisa mengantarkan seseorang kepada Ilahi.

Bila di masa tabiin, Abu Muslim al-Khaulani pernah kecele dengan keriuhan banyak orang yang tampaknya bisa menjadi teman sejati, tetapi kehadiran mereka itu seperti fatamorgana, sebagaimana digambarkan dalam narasi di atas, Pada era seperti sekarang ini kita dituntut untuk lebih jeli dalam memilih teman dan komunitas sosial yang layak dijadikan wahana sosialisasi dan aktualisasi diri kita.

Sedemikian besarnya peran, seorang teman juga menjadi salah satu parameter baik dan buruknya seseorang. Nabi bersabda, ''Seseorang itu bergantung pada agama kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati memilih kawan pendamping.'' (HR Ahmad) Ketika dunia makin tidak berjarak dan hampir tanpa sekat, orang begitu mudah untuk berbaur satu sama lain, bahkan dalam tataran global, dengan segala motivasi yang menggerakkannya.

Mereka berpotensi menjadi teman sejati yang bisa mendongkrak kesalehan kita, menghaluskan nurani kita, dan meningkatkan spiritualitas kita. Namun, mereka juga bisa menjadi perangkap, pembawa kita ke kubang kenistaan. Bukankah telah banyak pihak yang mencoba menyusup ke dalam barisan kaum Muslimin, mereka bertujuan hanya untuk memorakporandakan kekuatan Islam?

Source:
Makmun Nawawi

Semoga Allah meridhai apa yang kita usahakan di dunia ini.
Salam hangat untuk semua sahabat Karisma ITB

3 comments:

  1. pewarna untuk mewarnai yang lain. yang diwarnai hanya oleh sesuatu yang berwarna

    ReplyDelete
  2. Kak Kasmitaaaaaaaa..:D

    ReplyDelete